answerchoices. daging tersebut tidak mengalami metabolisme. di dalam lemari es tidak berlangsung respirasi aerobic. pada suhu rendah enzim mikroorganisme pembusuk tidak bekerja. di dalam lemari es tidak ada cahaya. di dalam lemari es tidak ada O2. Tags: Question 3. SURVEY. ØContoh himpunan dalam kehidupan sehari-hai dan mendata anggotanya. Ø Menyebut anggota himpunan dan bukan anggota himpunan. Ø Menyatakan notasi himpunan. Ø himpunan kosong dan notasinya. Ø himpunan bagian dari suatu himpunan. Ø Menentukan banyak himpunan bagian suatu himpunan. Ø Pengertian himpunan semesta, serta menyebutkan anggotanya. Didalam sel somatisnya, individu betina memiliki dua buah kromosom X sementara individu jantan hanya mempunyai sebuah kromosom X. Jadi, hal ini mirip dengan sistem XY. Bedanya, pada sistem XO individu jantan tidak mempunyai kromosom Y. Dengan demikian, jumlah kromosom sel somatis individu betina lebih banyak daripada jumlah pada individu jantan. jikalalat buah dilakukan pembasataran yang berkaitan dengan adanya kromosom seks, yaitu x dan y. selanjutnya lalat buah jantan akan menghasilkan 2 macam sel sperma, yaitu yamg mempunyai kromosom x dan y. pada lalat buah betina akan menghasilkan satu macam sel telur yaitu kromoso x. bila sel telur x dibuahi sel sperma x , akan menghasilkan lalat LalatDrosophila melanogaster tersebut memiliki sisir kelamin atau sex comb. Berdasarkan pada ciri-ciri tersebut, dapat diketahui bahwasanya lalat Drosophila melanogaster strain E yang diamati pada praktikum merupakan drosophila jantan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Herskowitz (1977), bahwa lalat jantan mempunyai sex comb (sisir kelamin L9u2J. Ilmu genetika mempelajari bagaimana proses dan struktur genetik yang ada pada tubuh makhluk hidup. Struktur genetik yang ada makhluk hidup dapat memberikan fisiologi yang berbeda, seperti bentuk tubuh, kulit bahkan dapat menentukan jenis kelamin. Berbicara mengenai penentuan jenis kelamin, identifikasi ini banyak digunakan dalam proses pengusutan kejadian kriminal atau bahkan mengidentifikasi korban kecelakaan. Dalam ruang lingkup antropologi dan kedokteran forensik yang dilakukan dapat menggunakan berbagai metode. Metode yang digunakan diantaranya melalui metode karakteristik morfologi, metode morfometrik pengukuran, pemeriksaan histologis, serta pemeriksaan analisis DNA baik melalui tulang maupun gigi. Dalam buku Suryo, 2008 bahawa dalam manisua dan ayam memiliki mekanisme yang berbeda dalam penentuan jenis kelamin. Dalam hal ini mamalia, individu jantan bersifat heterogamete XY sedangkan betina bersifat homozigot XX. Berbeda dengan ayam, individu jantan homogamet ZZ sementara individu betina heterozigot ZW. Perbedaan penetuan jenis kelamin ini berbeda tiap jenis makhluk hidup. Ada beberapa metode penentuan jenis kelamin dianataranya A. Sistem XY System ini ditemukan pada tumbuhan, hewan dan manusia. Genosom X lebih besar dibandingkan genoson Y. XX sebagi betina, sedangkan XY sebagai jantan. Keromosom manusia dibedakan atas autosom dan kromosom kelamin. Sel tubuh manusia mengandung 46 kromosom yang terrdiri dari 44 22 pasang autosom dan 2 atau 1 pasang kromosom kelamin. B. Sistem XY pada Drosophila Drosophila banyak digunakan untuk penelitian genetika, karena Mudah dipelihara pada media dan sushu kamar Mempunyai siklus hidup yang pendek, kira- kira 2 minggu Mempunyai tanda kelamin sekunder yang mudah dibedakan Mempunyai 8 kromosom, sehingga mudah menguhitungnya Drosophila menggunakan system XX untuk betina dan XY untuk jantan. C. Sistem XO System XO dijumpai pada beberapa jenis serangga, misalnya belalang. Di dalam sel somatisnya, individu betina memiliki dua buah kromosom X, sementara individu jantan mempunyai sebuah kromosom X. Hal ini sama dengan system XY, namun bedanya sitem XO individu jantan tidak mempunyai kromosom Y. dengan demikian, jumlah kromosom sel somatic individu betina lebih banyak daripada jumlah pada individu jantan. Sebagai conton Watson menemukan bahwa sel somatic serangga promoter betina mempunyai 14 kromosom, sedangkan pada individu jantan hanya ada 13 kromosom. D. System XA Bridge melakukan serangkaian penelitan mengenai jenis kelamin pada Drosophila. Dia berhasil menyimpulkan bahwa system penentuan pada jenis kelamin organisme tersebut berkaitan dengan nisbah banyaknya kromosom X pada bagian autosom, dan tidak adanya hudungan dengan kromosom Y. Dalam hal ini kromosom Y hanya berperan mengatur fertilisasi jantan. Secara ringkas penentuan jenis kelamin dengan system X/A pada lalat Drosophila dapat dilihat dalam table berikut. Tabel Penentuan jenis kelamin pada lalat Drosophila kromosom X autosom nibah X/A jenis kelamin 1 2 0,5 Jantan 2 2 1 Betina 3 2 1,5 Metabetina 4 3 1,33 Metabetina 4 4 1 betina 4n 3 3 1 betina 3n 3 4 0,75 Interseks 2 3 0,67 Interseks 2 4 0,5 Jantan 1 3 0,33 Metajantan Jika kita perhatikan kolom pertama pada Tabel, akan terlihat bahwa ada beberapa individu yang jumlah kromosom X-nya lebih dari dua buah, yakni individu dengan jenis kelamin metabetina, betina triploid dan tetraploid, serta interseks. Adanya kromosom X yang didapatkan melebihi jumlah kromosom X pada individu normal diploid ini disebabkan oleh terjadinya peristiwa yang dinamakan gagal pisah non disjunction, yaitu gagal berpisahnya kedua kromosom X pada waktu pembelahan meiosis. Pada Drosophila terjadinya gagal pisah dapat menyebabkan terbentuknya beberapa individu abnormal seperti nampak pada diagram. P E AAXX x AAXY G gagal pisah gamet AXX AO AX AY F1 AAXXX AAXXY AAXO AAOY betina super betina jantan steril letal Diagram munculnya beberapa individu abnormal pada Drosophila akibat peristiwa gagal pisah Di samping kelainan-kelainan tersebut pernah pula dilaporkan adanya lalat Drosophila yang sebagian tubuhnya memperlihatkan sifat-sifat sebagai jenis kelamin jantan sementara sebagian lainnya betina. Lalat ini dikatakan mengalami mozaik seksual atau biasa disebut dengan istilah ginandromorfi. Penyebabnya adalah ketidakteraturan distribusi kromosom X pada masa-masa awal pembelahan mitosis zigot. Dalam hal ini ada sel yang menerima dua kromosom X tetapi ada pula yang hanya menerima satu kromosom X. Andaikan terjadi nondisjunction selama oogenese pebentukan sel telur akan terbentuk 2 macam sel telur, yaitu sel telur yang membawa 2 kromosom X 3AXX dan sebuah kromosom sel telur tanpa X 3AO. Jika dalam keadaan ini terjadi pembuahan, sudah tentu keturunan akan menyimpang dari keadaan normal, yaitu sebagai berikut Sel telur yang memiliki 2 kromosom X apabila dibuahi oleh spermatozoon yang membawa kromosom X akan menghasilkan lalat betina super 3AAXXX yang memiliki 3 kromosom X. Lalat ini tidak lama hidupnya, karena mengalami kelainan dan kemunduran pada beberapa alat tubuhnya. Sel telur yang memiliki 2 kromosom X apabila dibuahi oleh spermatozoon yang membawa kromosom Y akan menghasilkan lalat betina yang memliki kromosom Y 3AAXXY. Lalat ini fertile atau subur seperti lalat betina biasa. Gambar perkawinan pada lalat Drosophila melanogaster yang menunjukan adanya nondisjunction selama Oogenesis. Ada kemungkinan dihsilkan lalat betina super 3AAXXX, Lalat betina 3AAXXY, lalat jantan 3AAXO. Lalat YO tidak pernah dikenal karena letal. Sel telur yang tidak memiliki kromosom X apabila dibuahi oleh spermatozoon yang membawa kromosom X akan menghasilkan lalat jantan 3AAXO. Lalat ini steril. Sel telur tidak memiliki kromosom X apabila dibuahi oleh spermatozoon yang membawa kromosom Y tidak menghasilkan keturunan, sebab letal. Jadi lalat 3AAYO tidak dikenal. Partenogenesis Pada beberapa spesies Hymenoptera seperti semut, lebah, dan tawon, individu jantan berkembang dengan cara partenogenesis, yaitu melalui telur yang tidak dibuahi. Oleh karena itu, individu jantan ini hanya memiliki sebuah genom atau perangkat kromosomnya haploid. Sementara itu, individu betina dan golongan pekerja, khususnya pada lebah, berkembang dari telur yang dibuahi sehingga perangkat kromosomnya adalah diploid. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa partenogenesis merupakan sistem penentuan jenis kelamin yang tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan kromosom kelamin tetapi hanya bergantung kepada jumlah genom perangkat kromosom. E. Sistem gen Sk-Ts Di atas disebutkan bahwa sistem penentuan jenis kelamin pada lebah tidak berhubungan dengan kromosom kelamin. Meskipun demikian, sistem tersebut masih ada kaitannya dengan jumlah perangkat kromosom. Pada jagung dikenal sistem penentuan jenis kelamin yang tidak bergantung, baik kepada kromosom kelamin maupun jumlah genom, tetapi didasarkan atas keberadaan gen tertentu. Jagung normal monosius berumah satu mempunyai gen Sk, yang mengatur pembentukan bunga betina, dan gen Ts, yang mengatur pembentukan bunga jantan. Jagung monosius ini mempunyai fenotipe Sk_Ts_. Sementara itu, alel-alel resesif sk dan ts masing-masing menghalangi pembentukan bunga betina dan mensterilkan bunga jantan. Oleh karena itu, jagung dengan fenotipe Sk_tsts adalah betina diosius berumah dua, sedang jagung skskTs_ adalah jantan diosius. Jagung sksktsts berjenis kelamin betina karena ts dapat mengatasi pengaruh sk, atau dengan perkataan lain, bunga betina tetap terbentuk seakan-akan tidak ada alel sk. ZW Pada beberapa jenis kupu, beberapa jenis ikan, beberapa jenis reptil dan burung diketemukan bentuk kromosom kelamin yang berlainan daripada yang telah diterangkan di muka. Yang jantan memiliki sepasang kromosom kelamin yang sama bentuknya, maka dikatakan bersifat homogametik. Yang betina bersifat heterogametik, karena satu kromosom kelamin berbentuk seperti pada yang jantan, sedangkan satunya lagi sangat lain bentuknya. Jadi keadaan ini kebalikan dengan manusia, sebab pada manusia, yang laki-laki adalah heterogametik XY sedangkan yang perempuan homogametik XX. Untuk menghindari kekeliruan, maka kromosom kelamin pada hewan-hewan tersebut di atas disebut ZZ dan ZW. Hewan jantan adalah ZZ, sedang yang betina ZW. Jadi, semua spermatozoa mengandung kromosom kelamin Z, sedangkan sel telurnya ada kemungkinan mengandung kromosom dan kelamin Z dan ada kemungkinan mengandung kromosom kelamin W. G. System ZO Pada uggas ayam, itik dan sebagainya susunan kromosomnya lain lagi. Yang betina hanya memiliki sebuah kromosom kelamin saja, tetapai bentuknya lain dengan yang dijumpai pada belalang. Karena itu ayam betina adalah ZO heterogametik. Ayam jantan memiliki sepasang kromosom kelamin yang sama bentuknya, maka menjadi ZZ homogametik. Jadi spermatozoa ayam hanya satu macam saja, yaitu membawa kromosom kelamin Z, sedang sel telurnya ada dua macam, mungkin membawa kromosom Z dan mungkin juga tidak memiliki kromosom kelamin sama sekali. H. System Haploid-Diploid Pada beberapa spesies Hymenoptera seperti semut, lebah, dan tawon, individu jantan berkembang dengan cara partenogenesis, yaitu terbentuknya makhluk dari sel telur tanpa didahului oleh pembuahan. Oleh karena itu, individu jantan ini hanya memiliki sebuah genom atau perangkat kromosomnya haploid. Lebah madu jantan misalnya, bersifat haploid, yang memiliki 6 buah kromosom. Sel telur yang yang dibuahi oleh spermatozoon akan menghasilkan lebah madu betina yang berupa lebah ratu dan pekerja, masing-masing bersifat diploid dan memiliki 32 kromosom. Karena perbedaan tempat dan makanan, maka lebah ratu subur fertil, sedangkan lebah pekerja mandul steril. Sementara itu, individu betina dan golongan pekerja, khususnya pada lebah, berkembang dari telur yang dibuahi sehingga perangkat kromosomnya adalah diploid. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa partenogenesis merupakan sistem penentuan jenis kelamin yang tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan kromosom kelamin tetapi hanya bergantung kepada jumlah genom perangkat kromosom. Pengaruh lingkungan Sistem penentuan jenis kelamin bahkan ada pula yang bersifat nongenetik. Hal ini misalnya dijumpai pada cacing laut Bonellia, yang jenis kelaminnya semata-mata ditentukan oleh faktor lingkungan.. F. Baltzer menemukan bahwa cacing Bonellia yang berasal dari sebuah telur yang diisolasi akan berkembang menjadi individu betina. Sebaliknya, cacing yang hidup di lingkungan betina dewasa akan mendekati dan memasuki saluran reproduksi cacing betina dewasa tersebut untuk kemudian berkembang menjadi individu jantan yang parasitik. Kromatin Kelamin dan Hipotesis Lyon Seorang ahli genetika dari Kanada, Barr, pada tahun 1949 menemukan adanya struktur tertentu yang dapat memperlihatkan reaksi pewarnaan di dalam nukleus sel syaraf kucing betina. Struktur semacam ini ternyata tidak dijumpai pada sel-sel kucing jantan. Pada manusia dilaporkan pula bahwa sel-sel somatis pria, misalnya sel epitel selaput lendir mulut, dapat dibedakan dengan sel somatis wanita atas dasar ada tidaknya struktur tertentu yang kemudian dikenal dengan nama kromatin kelamin atau badan Barr. Pada sel somatis wanita terdapat sebuah kromatin kelamin sementara sel somatis pria tidak memilikinya. Selanjutnya diketahui bahwa banyaknya kromatin kelamin ternyata sama dengan banyaknya kromosom X dikurangi satu. Jadi, wanita normal mempunyai sebuah kromatin kelamin karena kromosom X-nya ada dua. Demikian pula, pria normal tidak mempunyai kromatin kelamin karena kromosom X-nya hanya satu. Dewasa ini keberadaan kromatin kelamin sering kali digunakan untuk menentukan jenis kelamin serta mendiagnosis berbagai kelainan kromosom kelamin pada janin melalui pengambilan cairan amnion embrio amniosentesis. Pria dengan kelainan kromosom kelamin, misalnya penderita sindrom Klinefelter XXY, mempunyai sebuah kromatin kelamin yang seharusnya tidak dimiliki oleh seorang pria normal. Sebaliknya, wanita penderita sindrom Turner XO tidak mempunyai kromatin kelamin yang seharusnya ada pada wanita normal. Mary F. Lyon, seorang ahli genetika dari Inggris mengajukan hipotesis bahwa kromatin kelamin merupakan kromosom X yang mengalami kondensasi atau heterokromatinisasi sehingga secara genetik menjadi inaktif. Hipotesis ini dilandasi hasil pengamatannya atas ekspresi gen rangkai X yang mengatur warna bulu pada mencit. Individu betina heterozigot memperlihatkan fenotipe mozaik yang jelas berbeda dengan ekspresi gen semidominan warna antara yang seragam. Hal ini menunjukkan bahwa hanya ada satu kromosom X yang aktif di antara kedua kromosom X pada individu betina. Kromosom X yang aktif pada suatu sel mungkin membawa gen dominan sementara pada sel yang lain mungkin justru membawa gen resesif. Hipotesis Lyon juga menjelaskan adanya mekanisme kompensasi dosis pada mamalia. Mekanisme kompensasi dosis diusulkan karena adanya fenomena bahwa suatu gen rangkai X akan mempunyai dosis efektif yang sama pada kedua jenis kelamin. Dengan perkataan lain, gen rangkai X pada individu homozigot akan diekspesikan sama kuat dengan gen rangkai X pada individu hemizigot. Referensi Suryo, 2008. Genetika Strata 1. Yogyakarta. UGM Kimball, Jhon W. 1983. Biologi Edisi kelima Jilid 1. Jakarta. Erlangga. Suryo. 2003. Genetika MAnusia. Yogyakarta. UGM Syafitri metode pemeriksaan jenis kelmain. Jurnal PDGI. Jakarta. Ui Pembahasan Drosophila yang bermata putih semuanya berjenis kelamin jantan karena sifat terpaut X dalam kondisi resesif dan jantan hanya memiliki satu kromosom X, sehingga semua yang bermata putih akan berkelamin jantan. 1rb+ Contents1 Mengapa Grosso Villa melanogaster bermata putih selalu berkelamin jantan?2 Mengapa pada lalat buah yang bermata putih?3 Berapa jumlah kromosom lalat buah?4 Bagaimana ciri ciri dari lalat buah?5 Bagaimana menentukan jenis kelamin pada Drosophila melanogaster?6 Berdasarkan jawaban 5a Berapakah jumlah kromosom pada sel kelamin lalat buah?7 Berapakah jumlah kromosom Drosophila?8 4 kromosom Apakah yang membedakan jantan dan betina?9 Apa penyebab lalat buah?10 Apakah lalat buah beracun?11 Bagaimana cara mengusir lalat buah? Mengapa Grosso Villa melanogaster bermata putih selalu berkelamin jantan? Hal ini karena kucing jantan hanya memiliki satu kromosom X yang berisi gen warna hitam atau coklat saja. Sementara itu, kucing betina dapat memiliki bulu dengan kombinasi warna hitam, coklat, dan putih. Mengapa pada lalat buah yang bermata putih? Pada lalat buah, warna mata merah terpaut pada kromosom seks tipe X. Warna mata merah bersifat dominan dibandingkan warna mata putih karena betina memiliki kromosom seks tipe XX, jika bermata putih maka gen resesif akan bertemu dengan sesamanya sehingga menyebabkan lalat betina akan letal mati jika bermata putih. Berapa jumlah kromosom lalat buah? e. Jumlah kromosom lalat buah Drosophila 2n = 8. Jumlah kromosom pada sel tubuh somatis adalah 6 atau 3 pasang. Adapun jumlah kromosom pada sel gamet sperma dan ovum adalah 2 atau sepasang yaitu jantan dan betina. Bagaimana ciri ciri dari lalat buah? Berbeda dengan lalat rumah, lalat buah memiliki warna yang menarik dengan kombinasi warna hitam keabu-abuan, kuning, dan oranye kecoklat-coklatan. Serangga ini mempunyai tubuh yang berbuku-buku, termasuk pada kaki dan antena. Kepalanya berbentuk bulat agak lonjong. Antena tersusun dari tiga ruas. Bagaimana menentukan jenis kelamin pada Drosophila melanogaster? Jawaban Drosophila melanogaster memiliki dua macam kromosom seks yaitu kromosom X dan kromosom Y. Untuk menentukan jenis kelamin pada Drosophila melanogaster yaitu dengan melihat alat kopulsi pada bagian kaki, ukuran tubuh, ujung abdomen, jumlah kromosom. Berdasarkan jawaban 5a Berapakah jumlah kromosom pada sel kelamin lalat buah? Jika kromosom pada sel tubuh lalat buah ada 8 maka sel kelaminnya memiliki 4 kromosom. Berapakah jumlah kromosom Drosophila? Drosophila melanogaster pada kondisi lingkunagan normal adalah organisme diploid dengan empat buah kromosom. Masing-masing kromosom mempunya empat pasang kromosom homolog keculai kromosom X dan kromosom Y Oktary et al, 2015. 4 kromosom Apakah yang membedakan jantan dan betina? Kromosom seks disebut dengan X dan T dan kombinasi keduanya menentukan jenis kelamin seseorang. Biasanya wanita memiliki dua kromosom X sedangkan pria memiliki pasangan XY. Apa penyebab lalat buah? Penyebab munculnya lalat buah Drosophila melanogaster atau lebih dikenal lalat buah ini sangat menyukai tempat dengan kelembaban yang tinggi untuk melakukan perkawinan. Hama tersebut menjadikan musim hujan sebagai musim kawin bagi mereka. Apakah lalat buah beracun? Lalat buah merupakan salah satu jenis lalat kecil yang tidak menggigit dan menyebarkan penyakit secara langsung sama halnya seperti nyamuk. Namun demikian, apakah lalat buah berbahaya bagi kesehatan manusia? Jawabannya adalah iya. Bagaimana cara mengusir lalat buah? Cara Mengusir Lalat Buah Menggunakan Bahan Alami Perhatikan Bahan dan Makanan yang Mengundang Lalat Buah. Menggunakan Cuka Apel. 3. Simpan Bahan Makanan di Tempat yang Terjaga. Menambahkan Campuran Lada, Gula dan Susu. Membersihkan Saluran Air. 6. Memiliki Sabun Cuci Piring Beraroma Lemon. 7. Menggunakan Minyak Nabati.

sel somatis pada lalat drosophila jantan memiliki rumusan