MenjagaKeseimbangan Antara Kehidupan Akademik dan Sosial. Salah satu aspek paling menantang dari pengalaman kuliah adalah menemukan keseimbangan yang tepat antara studi dan kehidupan sosial Anda. Mengelola waktu dengan benar memungkinkan Anda untuk mendapatkan hasil maksimal dari belajar di Amerika Serikat, dengan fokus pada
Hasilkarya yang sangat luar biasa dengan terciptanya bumi sebagai tempat berlangsungnya kehidupan dengan segala keberadaannya. Berikut adalah uraian tentang keseimbangan yang memungkinkan kehidupan di bumi ini. Semoga bermanfaat!! Hal-hal yang telah kita bahas sejauh ini hanyalah sedikit dari keseimbangan rumit yang begitu
Namunallah juga mengingatkan untuk tidak melalaikan kehidupan duniawi seperti makan minum bekerja dan memberi nafkah keluarga. Hadits tentang keseimbangan hidup di dunia dan akhirat 1 q s al baqarah ayat 201. Sofwan hadikusuma lc m e. 1 permintaan untuk kehidupan dunia dan 2 permintaan utk kehidupan akherat.
Tetapkemaruk dan rakus mengeksploitasi bumi atau hidup sederhana dengan menjaga keseimbangan habitat, kini menjadi pilihan. Bagi banyak orang, apa yang tersaji di muka bumi mulai awal 2020 telah menumbuhkan kesadaran baru bahwa kita harus melakukan pengendalian diri.
Selainitu, kelestarian alam dan sumber dayanya harus dijaga karena manusia bergantung pada keduanya untuk memenuhi kebutuhan. Apabila manusia keseimbangan alam tak dijaga seperti melakukan eksploitasi hutan besar besaran, maka ekosistem di dalamnya akan mengalami ketimpangan sehingga berdampak pada kerusakan alam.
39ddGNn. Hari Bumi kembali kita peringati pada 22 April 2021. Tema perayaan kali ini adalah Merestorasi Bumi Kita, yang berfokus pada proses alami, pemanfaatan teknologi ramah lingkungan, dan gagasan-gagasan inovatif yang dapat turut memulihkan ekosistem Bumi. Pertanyaannya adalah seberapa penting merestorasi ekosistem Bumi? Dan kenapa kita perlu melakukan restorasi ekosistem Bumi? Bumi yang kita tinggali saat ini bukan hanya semakin tua, tetapi juga semakin rusak, dan bahkan mulai sakit-sakitan. Sudah tentu, ikhtiar untuk memperbaiki harus terus dilakukan, ditengah sejumlah upaya sejumlah kalangan mencari koloni lain -yang memungkinkan- sebagai alternatif pengganti Bumi di masa depan. Menurut penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Frontiers in Forests and Global Change, kondisi Bumi yang kita huni dewasa ini sangat jauh berbeda dengan 500 tahun silam. Para peneliti menaksir, hanya sekitar 3 persen dari permukaan Bumi yang secara ekologis masih utuh, masih menjadi tempat bagi berbagai spesies asli serta tidak terganggu oleh aktivitas manusia. Ini tentu cukup memprihatinkan. Berdasarkan perkiraan sebelumnya, melalui citra satelit, sekitar 20 persen hingga 40 persen ekosistem daratan Bumi diyakini masih utuh. Baca Ketika Bumi “Memaksa” Umat Manusia Berpuasa Bumi yang sejak akhir Desember 2019 hingga saat ini “diserang” virus corona. Ilustrasi Miroslava Chrienova/Pixabay/Free for commercial use No attribution required Kalau dicermati, banyak aktivitas kita selama ini, baik langsung maupun tidak, yang merusak ekosistem Bumi. Pada dasarnya, ekosistem itu mencakup semua makhluk hidup [hewan, tumbuhan dan mikroorganisme] serta makhluk tak hidup [misalnya iklim, tanah, matahari, cuaca dan atmosfer]. Semua komponen tersebut membentuk lingkungan dan berperan sangat penting bagi semua aktivitas di planet ini. Singkatnya, mereka adalah dasar ekosfer atau biosfer, yang mempengaruhi kesehatan semua sistem di Bumi. Karena kompleksitas dan saling keterkaitan di antara komponen-komponen tersebut, setiap aktivitas yang mengganggu keseimbangan sejumlah komponen tadi akan berdampak pada ekosistem. Sejauh ini, faktor antropogenik menjadi yang paling dominan lantaran ada banyak tindakan manusia yang memengaruhi keseimbangan ekosistem Bumi. Sebagai ilustrasi, selama ini, laju pertumbuhan penduduk di Bumi telah mendorong terjadinya pembabatan hutan demi menciptakan lebih banyak ruang bagi lahan-lahan pertanian maupun industri. Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa [FAO], lebih dari 40 persen permukaan Bumi sekarang ini diperuntukkan bagi kepentingan pertanian. Padahal, sebagian besar lahan pertanian itu sebelumnya adalah hutan. Di saat yang sama, penambangan sumber daya alam seperti batubara, juga kebutuhan untuk pengembangan industri perkebunan, telah pula menyebabkan semakin luasnya konversi hutan menjadi non-hutan. Buntutnya, tiga miliar ton karbon dioksida [CO2] dilepaskan ke atmosfer setiap tahun, yang setara dengan penghancuran 13 juta hektar lahan hutan setiap tahun, sebagaimana dilaporkan oleh Union of Concerned Scientists. Tanpa cukup pohon untuk menyaring udara, tingkat karbon dioksida bakal kian meningkat, yang berpotensi merusak setiap organisme di Bumi. Baca Potret Bumi Kita Hari Ini Begini penampakan Bumi, planet yang kita tinggali. Foto NASA Di sisi lain, penggunaan berlebihan sumber daya tak terbarukan, seperti penggunaan bahan bakar fosil yang kaya karbon, ikut memperhebat kerusakan Bumi. Semakin banyak bahan bakar fosil yang digunakan berarti semakin besar pula emisi karbon yang dilepas ke udara, yang pada gilirannya ikut mengancam kepunahan ribuan spesies. Repotnya, hingga saat ini, sebagian besar dari kita masih terus bergantung pada bahan bakar fosil tersebut. Sejumlah sumber menyebut bahwa pembakaran bahan bakar fosil untuk menghasilkan energi sejak 1870 hingga 2013 telah melepaskan sekurangnya 400 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer. Akibatnya, suhu global cenderung meningkat, yang berimbas pada kenaikan permukaan laut dan peristiwa cuaca ekstrim seperti gelombang panas, banjir, tsunami, dan kekeringan. Kenaikan permukaan laut dan fenomena cuaca ekstrim pada gilirannya mengubah ekosistem laut dan daratan, serta memengaruhi rantai makanan dan keanekaragaman hayati, serta proses penggurunan [desertifikasi] yang intensif. Tentu saja, permasalahan yang mengancam Bumi tidak cuma berhenti di situ. Di luar hal-hal tadi, masih ada pula sampah plastik, perusakan terumbu karang, pencemaran sumber-sumber air, atau juga modifikasi genetik. Permasalahan-permasalahan itu perlu kita hadapi dan atasi bersama. Bagaimanapun, laju kerusakan Bumi harus sama-sama kita kurangi. Kita perlu mencari pilihan-pilihan yang lebih ramah lingkungan dalam melakukan berbagai aktivitas kehidupan. Tujuan utamanya, untuk merestorasi ekosistem Bumi kita. Baca juga “Hantu” Itu Bernama Perubahan Iklim Kawasan Ekosistem Leuser, hutan yang merupakan paru-paru dunia. Foto Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia Restorasi tentunya membantu pemulihan ekosistem Bumi yang telah rusak atau hancur, serta melestarikan ekosistem yang masih utuh. Ekosistem yang lebih sehat, dengan keanekaragaman hayati yang lebih melimpah, bakal menghasilkan manfaat yang lebih besar bagi kelangsungan kehidupan kita dan generasi penerus berikutnya. Pada intinya, semua jenis ekosistem dapat dipulihkan, termasuk hutan, lahan basah maupun lautan. Prakarsa restorasi dapat dilakukan oleh hampir semua kalangan, mulai pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, institusi bisnis, komunitas, maupun individu. Sinergi dan kolaborasi, dibarengi dengan kesamaan visi serta misi dari semua pemangku kepentingan, adalah kunci penting terlaksananya restorasi ekosistem, baik di level lokal, nasional, regional, maupun global. Bumi ini milik bersama yang akan kita wariskan kepada anak-cucu. Nasib kehidupan dan peradaban kita semua bergantung pada ekosistem Bumi yang sehat dan berkelanjutan. Menjaga, merawat, dan melindungi Bumi adalah tugas dan kewajiban kita semua. Siapa pun dari kita tidak boleh lalai melaksanakan tugas dan kewajiban mulia tersebut. *Djoko Subinarto, kolumnis dan bloger, tinggal di Bandung, Jawa Barat. Tulisan ini opini penulis. Rujukan Daniel Christian Wahl. A 2061 Timeline Restoring the Earth. 2021. Dave Egan, Evan Hjerpe & Jesse B Abrams. 2011. Why People Matter in Ecological Restoration. David Ian Stern & Robert K. Kaufmann. 2014. Anthropogenic and Natural Causes of Climate Change. Kanupriya Kapoor. 2021. Scientists Find Only 3% of Land Areas Unblemished by Humans. RJ Hobbs & Jim Arthur Harris. 2001. Restoration Ecology Repairing the Earth’s Ecosystems in the New Millennium. Why Earth Day is More Important than Ever. Artikel yang diterbitkan oleh
a a. bumi merupakan satu-satunya planet untuk kehidupan Bumi merupakan satu-satunya tempat di mana manusia dapat hidup dan bertahan tanpa alat bantu, tanah dan air yang melimpah, serta atmosfer yang dapat dihirup untuk bernafas. Di atas muka bumi inilah miliaran manusia menjalani kehidupannya. 1. Bumi merupakan planet yang istimewa A. Jaraknya dengan matahari tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh. Akibatnya udara di bumi tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. B. Di bumi banyak terdapat sumber air C. Bumi mempunyai atmosfer sehingga terjadi awan dan hujan. D. Atmosfer bumi mengakibatkan perbedaan suhu antara siang dan malam tidak terlalu jauh. E. Atmosfer bumi mengandung oksigen sehingga terdapat kehidupan seperti sekarang. F. Atmosfer bumi melindungi kehidupan dari kerusakan karena sinar dan partikel matahari yang dapat merusak bumi. G. Bumi berotasi sehingga mengakibatkan adanya siang dan malam. b.. Keseimbangan yang memungkinkan kehidupan di bumi Ahli astronomi telah membuat daftar tentang faktor yang menentukan bagi kehidupan, antara lain sebagai berikut. A. Gravitasi, jika kuat atmosfer akan menahan terlalu banyak amonia dan metana sedangkan terlalu lemah akan banyak kehilangan air. B. Jarak dengan matahari, jika lebih jauh planet akan terlalu dingin sebagai siklus air yang stabil sedangkan terlalu dekat, planet akan panas bagi siklus air yang stabil. C. Ketebalan kerak bumi, jika lebih tebal maka terlalu banyak oksigen berpindah dari atmosfer ke kerak bumi sedangkan terlalu tipis aktivitas tektonik dan vulkanik akan terlalu besar. D. Periode rotasi, jika lebih lama, perbedaan suhu pada siang dan malam terlalu besar sedangkan lebih cepat, kecepatan angin pada atmosfer terlalu tinggi. E. Kadar oson dalam atmosfer, jika lebih besar, suhu permukaan bumi terlalu rendah, sedangkan lebih rendah suhu permukaan bumi terlalu tinggi, terlalu banyak radiasi ultraviolet. c. Contoh cara menjaga bumi agar tetap nyaman dan layak huni Ø Membuang sampah pada tempatnya Ø Tidak merusak tanaman hijau Ø Kurangi penggunaan barang yang menimbulkan sampah plastik
keseimbangan yang memungkinkan kehidupan di bumi